Sabtu, 11 Juni 2011

MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM MENURUT WHEELER


MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM
MENURUT WHEELER

Kurikulum adalah salah satu istilah yang digunakan orang-orang Yunani untuk perlombaan olahraga, atau tempat  yang digunakan untuk berpacu tersebut. dari pengertian ini, maka kurikulum mengalami perluasan makna sebagai satu jalur arahan dalam pencapaian tujuan dalam dunia pendidikan. Kurikulum dapat dipahami sebagai sejumlah pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik.
Kurikulum juga dikatakan sebagai bentuk pengalaman belajar peserta didik. Disini kurikulum memiliki hubungan yang sangat erat dengan evaluasi keberhasilan pelaksanaan proses / kegiatan belajar  mengajar. Siswa dituntut tidak hanya menguasai sisi kognitif atau pengetahuan dalam artian isi atau materi saja, akan tetapi juga dilihat proses siswa dalam memperoleh pengalaman belaja, Kurikulum dipahami pula sebagai suatu bentuk program atau rencana untuk belajar.
Dalam suatu kurikulum mesti ada perencanaan pembelajaran serta bagaimana perencanaan itu diimplementasikan menjadi pengalaman belajar siswa dalam rangka pencapaian tujuan yang diharapkan. Maka yang menjadi fungsi suatu kurikulum adalah dalam mempersiapkan peserta didik agar mereka dapat hidup di masyarakat.
Kurikulum dan pembelajaran merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Sebagai suatu rencana atau program, kurikulum tidak akan bermakna manakala tidak diimplementasikan dalam bentuk pembelajaran. Demikian juga sebaliknya, tanpa kurikulum yang jelas sebagai acuan, maka pembelajaran tidak akan berlangsung secara efektif. Sedangkan untuk mengembangkan kurikulum sendiri mempunyai bermacam – macam model.
Menurut Good ( 1972 ) dan travers ( 1973 ). Model adalah abstraksi dunia nyata atau representasi peristiwa kompleks atau sistem dalam, dalam bentuk naratif, matematis grafis, serta lambang – lambang lainnya . Model bukanlah realitas, akan tetapi merupakan representasi realitas yang dikembangkan dari keadaan. Dengan demikian, model pada dasarnya berkaitan dengan rancangan yang dapat digunakan untuk menerjemahkan sesuatu ke dalam realitas, yang sifatnya lebih praktis .
Dalam pengembangan kurikulum ada beberapa model yang dapat digunakan. Setiap model memiliki kekhasan tertentu baik dilihat dari keluasan pengembangan kurikulumnya, maupun dari tahapan pengebangannya sesuai dengan pendekatannya. Salah satu model kurikulum yang kini dikembangkan atau diterapkan dalam bidang pendidikan adalah model kurikulum Wheeler.

jwheeler's picture
D. K. (Daryl Kenneth) Wheeler

Sesuai dengan nama model pengembangannya, model kurikulum ini dikembangkan atau dipublikasikan oleh Daryl Kenneth Wheeler (1967). D.K Wheeler adalah ahli yang mengemukakan model kurikulum siklus dimana model ini berbeda dengan model kurikulum sebelumnya (Tyler, Taba, Oliva, dan Beauchamp) yang pengembangannya masih berupa garis lurus (linier). Beliau mempunyai gagasan tersebut karena kurikulum sebelumnya dirasakan belum bisa memberikan umpan balik dan membantu siswa untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Menurut Wheeler, pengembangan kerikulum merupakan suatu proses yang membentuk lingkaran. Menurut wheeler proses pengembangan kurikulum merupakan proses yang terjadi secara terus menerus dan saling berkaitan. Wheeler berpendapat bahawa proses pengembangan kurikulum terjadi dari lima fase atau tahap. Setiap tahap dalam proses ini merupakan suatu pekerjaan yang harus berlangsung secara berurut atau sistematis. Maksudnya disini adalah kita tidak mungkin dapat menjalankan atau menyelesaikan tahap kedua kalau tahap pertama belum terselesaikan atau dikerjakan. Namun demikian manakala setiap tahap sudah selesai dikerjakan, kita akan kembali lagi ke tahap awal. Demikian seterusnya sehingga proses pengembangan daripada sebuah kurikulum berlangsung secara terus menerus tanpa ada ujungnya.
Tahap-tahap pengembangan kurikulum menurut Wheeler
Wheeler berpendapat bahwa pengembangan kurikulum teridri dari 5 tahap yaitu:
1.      Mementukan tujuan umum dan tujuan khusus.
Dalam hal ini tujuan umum dapat berupa tujuan yang bersifat normative yang mengandung tujuan filisofis (aim) atau tujuan pembelajaran yang bersifat praktis (goals). Sedangkan yang menjadi tujuan khusus yaitu tujuan yang bersifat spesifik dan observable (objective) yaitu suatu tujuan pembelajaran yang mudah diukur ketercapaiannya.  Dalam pengembangan kurikulum menurut Wheeler penentuan tujuan merupakan tahap awal yang harus dilakukan. Dalam penyusunan suatu kurikulumin, merumuskan tujuan merupakan hal yang harus dikerjakan karena tujuan merupakan arah atau sasaran pendidikan. Tanpa ada tujuan maka apa yang ingin di capai akan menjadi tidak.
Alasan alasan yang mendasar mengenai pentingnya perumusan suatu tujuan adalah:
a.       Tujuan  berkaitan erat dengan  arah dan sasaran yang harus dicapai oleh dunia  pendidikan. Kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan, denagn demikian salah satu komponen penting yang harus ada dalam suatu perencanaan kurikulum adalah tujuan itu sendiri.
b.      Tujuan kurikulum dapat membantu pengembang kurikulum dalam mendesain suatu model kurikulum. Melalui tujuan yang jelas, maka dapat membantu para pengembang kurikulum dalam mendesain model kurikulum yang dapat digunakan bahkan akan membantu guru dalam mendesain sistem pembelajaran. Maksudnya disini adalah dengan tujuan yang jelas dapat memberikan arahan kepada guru dalam menentukan bahan atau materi yang harus dipelajari, menentukan metode dan strategi pembelajaran yang akan digunakan, menentukan alat, media, dan sumber pembelajaran, serta bagaimana cara merancang alat evaluasi untuk menentukan keberhasilan belajar siswa.
c.       Tujuan dapat digunakan sebagai control dalam menentukan batas batas serta kualitas pembelajaran. Dengan adanya tujuan kurikulum yang jelas dapat digunakan sebagai kontrol dalam menentukan batas-batas dan kualitas pembelajaran. Artinya, melalui penetapan tujuan, para pengembang kurikulum termasuk guru dapat mengontrol sampai mana siswa telah memperoleh kemampuan-kemampuan sesuai dengan tujuan dan tuntutan kurikulum yang berlaku. Lebih jauh dari itu dengan adanya tujuan akan dapat ditentukan daya serap siswa dan kualitas suatu sekolah.
2.      Menentukan pengalaman belajar yang mungkin dapat dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan dalam dalam langkah pertama. Yang dimaksud dengan pengalaman belajar disini adalah  segala aktivitas siswa dalam berinteraksi denagn lingkungan. Menentukan pengalaman belajar merupakan hal yang penting untuk materi - materi yang sesuai dalam proses pembelajaran.
3.      Menentukan isi dan materi pelajaran sesuai dengan pengalaman belajar
Tahap ketiga dalam pengembangan kurikulum menurut Wheeler adalah penentuan isi dan materi pelajaran. Penentuan isi dan materi pelajaran ini di dasarkan atas pengalaman belajar yang di alami oleh peserta didik, pengalaman belajar yang dialami oleh peserta didik dijadikan suatu acuan dalam penyusunan materi ajar.langkah langkah pengorganisasian merupakan hal yang sangat penting karena dengan pengorganisasian yang jelas akan memberikan arah bagi pelaksanaan proses pembelajaran sehingga menjadi pengalaman belajar bagi pelaksanaan proses pembelajaran sehingga menjadi pengalaman belajar yang nyata bagi siswa.
4.      Mengorganisasi atau menyatukan pengalaman belajar dengan isi atau materi pelajaran. Setelah materi ajar disusun maka dilakukan penyatuan antara pengalaman belajar dengan materi ajar yang telah disusun, hal ini bertujuan agar terjadi hubungan atau kesinambungan antara pengalaman belajar dengan materi ajar. Sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan dengan naik sehingga hasil yang diperoleh pun dapat maksimal.
5.      Melakukan evaluasi setiap fase pengembangan dan pencapaian tujuan.
Disini setelah proses pembelajaran selesai akan dilaksanakan suatu proses evaluasi. Dalam proses pengembangan kurikulum ini tahap evaluasi merupakan tahap yang sangat penting, hal itu karena proses penilaian atau evaluasi dapat memberikan informasi tentang ketercapaian daripada tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dengan evaluasi ini maka akan dapat diketahui apakah kurikulum yang diterapkan itu berjalan denagn baik sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai oleh sekolah tersebut.secara rinci dapat dikatakan bahwa Evaluasi bertujuan untuk menggumpulkan, menganalisis dan menyajikan data untuk bahan penentuan keputusan mengenai kurikulum apakan kurikulum itu masih bisa berlaku atau harus di perbaharui atau digamti lagihal itu terjadi karena  evaluasi suatu  kurikulum dapat memberikan  informasi mengenai kesesuaian, efektifitas dan efisiensi  kurikulum terhadap tujuan yang ingin dicapai dan penggunaan sumber daya,yang mana informasi ini akan sangat berguna sebagai bahan pembuat keputusan  apakah kurikulum tersebut masih dijalankan tetapi perlu revisi atau kurikulum tersebut harus diganti dengan kurikulum yang baru. Evaluasi kurikulum juga penting dilakukan dalam rangka  penyesuaian dengan perkembangan ilmu pengetahuan, kemajuan teknologi dan kebutuhan pasar yang berubah.
Berdasarkan dari langkah- langkah pengembangan kurikulum yang dikemukakan oleh Wheeler terlihat bahwa pengembangn kurikulum itu berbentuk sebuah siklus (lingkaran) yang mana pada setiap tahapa dalam siklus tersebut membentuk suatu system yang terdiri dari komponen- komponen pengembangan yang saling berhubungan satu sama lain.
Gambar model pengembangan kurikulum Wheeeler











Daftar Pustaka



Sanjaya,Wina.2008.KURIKULUM dan PEMBELAJARAN Teori dan Praktik pengembangan kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).Bandung. KENCANA PRENADA MEDIA GROUP


Tidak ada komentar:

Posting Komentar